Senin, 30 Mei 2016

MENGENAL LEBIH DEKAT TIM PENCERAH NUSANTARA LOSARI, CIREBON


Losari, 30 Mei 2016. Seperti halnya urusan jodoh yang tidak bisa memilih pun menolak, kami pun dipersatukan tanpa bisa memilih pun menolak dalam sebuah ikatan keluarga baru: Tim Pencerah Nusantara Losari, Cirebon. Dan seperti urusan jodoh pula, siapapun orangnya, kami percaya bahwa ketika takdirnya kami harus bersatu, maka kami adalah kombinasi terbaik. Yaitu kombinasi terbaik  yang bisa diberikan oleh CISDI sebagai perantara tangan Tuhan untuk Puskesmas Losari, tempat di mana kami akan mengabdi setahun ke depan.
Kami terdiri dari 5 orang yang kebetulan berlatar belakang kesehatan semua, yaitu seorang dokter, seorang perawat, seorang bidan, seorang ahli kesehatan masyarakat dan seorang pemerhati kesehatan yang juga berasal dari bidang kesehatan masyarakat pula. 

Mari mengenal lebih dekat anggota kami.

dr. SUJIE PRATIWI 


dr. Sujie Pratiwi, adalah seorang dokter umum lulusan Universitas Syah Kuala Banda Aceh. Perempuan yang akrab dipanggil Sujie dan berdarah Minang ini lahir serta besar di Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Ia yang pada awalnya tidak bercita-cita ingin menjadi dokter dan ingin terjun ke jurusan tehnik, pada akhirnya kini justru ingin mengejar ilmu lebih jauh di dunia kedokteran, dengan keinginan yang kuat untuk bisa menjadi dokter spesialis anak. Sebelum terjun sebagai dokter di Pencerah Nusantara, dr. Sujie pernah menyelesaikan masa internship di Nanga Pinoh, Kalimantan Barat selama 1 tahun. Menjadi salah satu pencerah sebenarnya tidak ada dalam target hidupnya, namun kemudian ia justru jatuh cinta dengan Pencerah Nusantara dan segala sesuatu yang ada di dalamnya setelah ia mengikuti masa pelatihan selama 7 minggu sebelum penerjunan ke penempatan. Baginya, Pencerah Nusantara adalah jalan untuk mengabdikan diri dan ilmunya dalam hal kegiatan promotif dan preventif. Menjadi anggota tertua dari tim Cirebon bukan masalah baginya, sebab ia masih berjiwa muda. Namun demikian, usia tidak bisa berbohong, Mandeh (sapaan akrab lainnya yang berarti Ibu dalam bahasa Minang) selalu bisa memberikan petuah, petunjuk, solusi dan sebangsanya yang cukup bijaksana dengan berbagai pertimbangan logisnya.

ADIL MAHESA, Amd. Kep



Adil Mahesa, Amd. Kep, merupakan leader dari tim ini. Satu-satunya perawat laki-laki di Pencerah Nusantara Batch 4 ini merupakan kelahiran tahun 1995, dan tentu, sudah bisa dipastikan bahwa  Dedek Adil, sapaan akrabnya, masuk ke dalam kelompok dengan usia termuda di angkatan Pencerah Nusantara tahun ini. Adil berasal dari Pontianak, Kalimantan Barat. Lulusan Poltekkes Kemenkes Pontianak ini semasa kuliahnya aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan. Salah satu rahasia umum yang harus diungkap dari Adil, adalah bahwa ia tidak bisa mengucapkan huruf ‘R’ alias cadel. Namun demikian, hal ini justru menjadi kelebihan baginya ketika harus berbicara dalam bahasa Inggris. Yup, it’s become his point plus!

FIRLYA RAHMA ROMISE MSH, S.T. Keb



Firlya Rahma Romise MSH, S.T. Keb atau akrab dipanggil bidan Firly oleh teman-temannya. Perempuan kelahiran tahun 1993 ini merupakan keturunan Jawa yang tumbuh besar di Toili, Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah. Tak heran jika meski tinggal di Sulawesi, ia masih fasih berbahasa Jawa dalam kesehariannya. Hal ini cukup membantu dalam beradaptasi di lokasi penempatan, mengingat bahasa yang digunakan oleh masyarakat di Kecamatan Losari adalah bahasa Jawa, meskipun dengan aksen yang berbeda. Bergabung dengan tim Pencerah Nusantara bukanlah pilihan mudah bagi Firly, sebab sebelumnya ia sudah menjadi pengajar di sebuah sekolah kebidanan di daerahnya setelah lulus dari Poltekkes Kemenkes Gorontalo. Namun demikian, kesempatan untuk bergabung dengan Pencerah Nusantara tidak ingin dilewatkannya begitu saja. Sebab, baginya, bagian terpenting dalam hidup bukanlah untuk menjadi orang hebat, melainkan menjadi bermanfaat.

SOFWATUN NIDA, S.KM


Sofwatun Nida, S.KM atau akrab dipanggil Nida. Lulusan UIN Syarif Hidayatullah ini lahir tahun 1992 ini dan berdarah murni Betawi. Ia bukan merupakan satu-satunya tenaga kesehatan masyarakat di tim ini, namun ini bukan berarti tak menjadikannya istimewa. Ia istimewa, dengan keilmuan epidemiologi yang sudah dipilihnya di semester 4 bangku kuliah dan juga pengalamannya tentang mengurus data survei kuantitatif. Berbekal pengalaman keorganisasian yang cukup mumpuni di bidang sumber daya manusia selama kuliah, ia cukup handal dalam ‘membaca’ orang. Selain itu, ia juga berkepribadian keibuan, yang mana hal ini menjadi salah satu keuntungan bagi anggota tim Cirebon lain saat berbelanja kebutuhan rumah tangga hingga memasak. Oleh karenanya, sudah bisa dipastikan bahwa Nida merupakan pilihan yang tepat untuk dijadikan sebagai bendahara sepanjang hayat dari tim Cirebon.

UMMU NAFISAH, S.KM


Dan terakhir, Ummu Nafisah, S.KM. Perempuan kelahiran 1992 di Kediri, Jawa Timur ini biasa dipanggil Ummu sejak kelas 3 sekolah dasar. Ia mengisi posisi pemerhati kesehatan dalam kombinasi interprofesi tim Cirebon. Berbekal mengambil peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, diharapkan sedikit banyak ilmunya dapat bermanfaat untuk menguatkan manajemen Puskesmas. Ummu merupakan anggota tim yang katanya berekspresi paling datar, sebab ketika ditanya pendapat tentang segala sesuatu sering berkata ‘hmm... biasa saja’. Sedikit klarifikasi darinya tentang hal itu, Ummu memang sering memiliki sudut pandang berbeda dari kebanyakan orang dan tidaklah ekspresif. Namun demikian, dengan kemampuan tersebut, ia justru menjadi anggota yang paling tahan ‘mendengarkan’ orang ketika yang lain sudah bosan dan terkantuk-kantuk. Pendapat dari anggota lain tentang Ummu, adalah bahwa ia rajin sekali membuat catatan dalam berbagai kesempatan. Dari sanalah anggota lain kemudian menunjuknya sebagai sekretaris tim. Meskipun sebenarnya, klarifikasi lagi darinya, hal itu dilakukan karena ia mudah lupa dan menulis adalah salah satu metodenya untuk mengingat. Dapat bergabung dengan tim Pencerah Nusantara adalah sebuah kesempatan baginya untuk menjadi bermanfaat bagi bangsanya sendiri yang selalu ia banggakan.

Dari paparan profil kami di atas, kami terlihat berbeda, tentu saja. Sebuah hal mutlak yang harus kami terima. Mulai dari karakter kepribadian hingga disiplin ilmu. Namun lagi-lagi, seperti kekayaan Indonesia akan perbedaannya, perbedaan memang bukanlah suatu hambatan, melainkan adalah justru sesuatu yang harus dibanggakan. Maka, kami di sini bangga dengan perbedaan yang kami punya, dan akan belajar mengerti satu sama lain hingga sampai pada suatu titik penerimaan yang paripurna (semoga). Satu hal yang harus digaris tebal, yaitu bahwa perbedaan bukan untuk didebat, melainkan untuk saling diberi hormat. Saling mengerti, saling memahami, saling bertoleransi.

Bagaimana? Sudah merasa dekat dengan kami? Bila belum, boleh langsung menghubungi contact person masing-masing saja yaa ;)

Salam sehat dan semangat dari tim Cirebon untuk para sahabat Pencerah Nusantara yang ada di seluruh Indonesia.

Tim Cireboooon, always ON!

0 komentar :

Posting Komentar